Poetry: A Tapestry of Words

Aurora Liddle-Christie, aka SOLCHLD, is an Arrernte–Jamaican multidisciplinary artist. Her practice explores regeneration as a process of reclaiming ancestry, liberation, and healing—particularly in relation to the self, the collective, and nature. Aurora’s performance, music, and spoken word draw from her personal experiences, using metaphor, faith, and place-based storytelling to explore the threshold of metamorphosis.

Aurora Liddle-Christie, yang juga dikenal sebagai SOLCHLD, adalah seniman multidisiplin keturunan Arrernte–Jamaika. Karya seninya mengeksplorasi regenerasi sebagai proses untuk merangkul kembali warisan leluhur, kebebasan, dan penyembuhan—terutama dalam hubungannya dengan diri, komunitas, dan alam. Pertunjukan, musik, dan puisi lisan (spoken word) Aurora berangkat dari pengalaman pribadinya, menggunakan metafora, keyakinan, serta narasi yang berbasis pada tempat untuk menelusuri ambang metamorfosis.

Ghayath Almadhoun is a Palestinian poet who has published five volumes of poetry in Arabic, the latest being I Brought You a Severed Hand in 2024, and his poetry has been translated into nearly 30 languages. He has created several poetry films, collaborated extensively with artists and scholars, and curated numerous events, readings, and literary anthologies. In February 2025, his new book I Have Brought You a Severed Hand will be published simultaneously in English translation by Action Books in the United States and Divided Publishing in the United Kingdom and Belgium. Almadhoun was born in Damascus and currently divides his time between Berlin, Germany, and Stockholm, Sweden.

Ghayath Almadhoun adalah penyair asal Palestina yang telah menerbitkan lima buku puisi dalam bahasa Arab, dengan karya terbarunya berjudul I Brought You a Severed Hand yang terbit pada tahun 2024. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke hampir 30 bahasa. Selain menulis puisi, ia juga membuat sejumlah film puisi, aktif berkolaborasi dengan seniman dan akademisi, serta mengkurasi berbagai acara sastra, pembacaan karya, dan antologi puisi. Pada Februari 2025, bukunya yang terbaru, I Have Brought You a Severed Hand, akan diterbitkan dalam versi terjemahan bahasa Inggris secara bersamaan oleh Action Books di Amerika Serikat dan Divided Publishing di Inggris dan Belgia. Almadhoun lahir di Damaskus dan kini tinggal bergantian di Berlin, Jerman, dan Stockholm, Swedia.

Jazz Money is an award-winning Wiradjuri Australian poet and artist, producing works that encompass installation, performance, film, and print. Their writing and art have been presented, performed, and published nationally and internationally. Jazz has written two award-winning poetry collections, how to make a basket and mark the dawn, as well as the children’s book The Frog’s First Song, illustrated by Jason Phu.

Jazz Money adalah penyair dan seniman Wiradjuri Australia pemenang penghargaan yang menghasilkan karya-karya mencakup instalasi, pertunjukan, film, dan cetakan. Karya tulis dan seni mereka telah dipresentasikan, ditampilkan, dan dipublikasikan secara nasional dan internasional. Jazz telah menulis dua kumpulan puisi pemenang penghargaan, how to make a basket dan mark the dawn, serta buku anak-anak The Frog's First Song, yang diilustrasikan oleh Jason Phu.

Ni Made Purnama Sari is a Balinese writer and the author of two poetry collections Bali Borneo and Kawitan, and two novels Kalamata and Yang Menari dalam Bayangan Inang Mati. Her work has earned several literary awards and been featured at festivals in Melbourne, Paris, and India. Her poetry, which has been translated into English and French, reflects her deep engagement with the arts. Based in Yogyakarta, she manages programs at Bentara Budaya and remains active in the cultural scene. This year, she was appointed as one of the curators for the 2025 Festival’s Emerging Writers program.

Ni Made Purnama Sari adalah penulis asal Bali dan penulis dua kumpulan puisi Bali Borneo dan Kawitan, serta dua novel Kalamata dan Yang Menari dalam Bayangan Inang Mati. Karyanya telah meraih beberapa penghargaan sastra dan ditampilkan di festival-festival di Melbourne, Paris, dan India. Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Prancis. Ia tinggal di Yogyakarta, di mana ia mengelola program-program di Bentara Budaya dan tetap aktif dalam dunia seni dan sastra. Tahun ini, ia ditunjuk sebagai salah satu kurator program Emerging Writers di Festival 2025.

Shinta Febriany is an Indonesian director, playwright, and poet whose works explore gender issues, embodiment, and urban life in Eastern Indonesia. In 2007, she received the Celebes Award from the South Sulawesi Provincial Government for her contributions to theatre. She has published two poetry collections: Aku Bukan Masa Depan in 2013 and Gambar Kesunyian di Jendela in 2017. Since 2015, she has led the City in Theatre Project with Kala Teater, a research-based performance initiative running through 2025 that examines urban issues through the voices of city residents. In 2018, she participated in the Indonesian Writers Residency in the United Kingdom, supported by the National Book Committee. This year, she was appointed as one of the curators for the 2025 Festival’s Emerging Writers program.

Shinta Febriany adalah sutradara, penulis naskah, dan penyair Indonesia yang karyanya mengeksplorasi isu-isu gender, ketubuhan, dan kehidupan perkotaan di Indonesia Timur. Pada 2007, ia menerima Penghargaan Celebes dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan atas kontribusinya dalam dunia teater. Ia telah menerbitkan dua kumpulan puisi: Aku Bukan Masa Depan (2013) dan Gambar Kesunyian di Jendela (2017). Sejak 2015, ia menginisiasi City in Theatre Project bersama Kala Teater, sebuah inisiatif pertunjukan berbasis riset yang berlangsung hingga 2025 dan mengkaji isu-isu perkotaan melalui suara-suara warga kota. Pada 2018, ia mengikuti program Residensi Penulis Indonesia di Inggris yang didukung oleh Komite Buku Nasional. Tahun ini, ia ditunjuk sebagai salah satu kurator program Emerging Writers di Festival 2025.

Titan Sadewo is an Indonesian poet born in Medan. In addition to writing, he teaches Creative Writing, Literature, and Indonesian Language. Simulasi Sakaratul Maut is his most recent work, published by Gramedia Pustaka Utama in 2025.

Titan Sadewo adalah penyair Indonesia kelahiran Medan. Selain menulis, ia juga mengajar Penulisan Kreatif, Sastra, dan Bahasa Indonesia. Simulasi Sakaratul Maut adalah karya terbarunya yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2025.