Astungkara Way: A Journey into Permaculture and Indigenous Wisdom

Desli Togatorop is an Indonesian anthropologist based in Bali, deeply immersed in the island’s stunning landscapes and vibrant culture. Her commitment to community values and sustainability is evident through her work. Bali faces significant challenges with mass tourism, leading to overdevelopment and cultural erosion, while industrialized food systems threaten traditional farming and local health. In response, Desli joined Astungkara Way in 2020, a social enterprise dedicated to regenerative tourism. Their initiatives include developing regenerative farming sites and curating a 10-day, 135 km ecotourism pilgrimage. Desli aims to create a sustainable tourism model that reconnects people with their food sources and can be replicated globally.

Desli Togatorop adalah seorang antropolog Indonesia yang tinggal di Bali, menyatu dengan lanskap pulau yang menakjubkan dan budayanya yang dinamis. Komitmennya terhadap nilai-nilai komunitas dan keberlanjutan kentara dari karya-karyanya. Bali menghadapi tantangan besar pariwisata massal, menyebabkan pembangunan berlebihan dan erosi budaya, sementara sistem pangan industri mengancam pertanian tradisional dan kesehatan masyarakat setempat. Merespons hal tersebut, Desli bergabung dengan Astungkara Way pada tahun 2020, sebuah wirausaha sosial yang didedikasikan untuk pariwisata regeneratif. Inisiatif mereka termasuk mengembangkan lokasi pertanian regeneratif dan merancang perjalanan ekowisata selama 10 hari sepanjang 135 km. Desli ingin menciptakan model pariwisata berkelanjutan yang menghubungkan kembali masyarakat dengan sumber makanan mereka dan dapat direplikasi secara global.

Ni Nyoman Aryaningsih, also known as Ming Arya, has been a traditional Balinese dancer since the age of six. She began her career at Kul Kul Connection Green School Bali, where she facilitated learning for both international and local community members in Subak Uma Lambing. Ming worked closely with local farmers, engaging learners of all ages in projects on rice paddies, community gardens, and agroforestry. After her initial role, she joined the Astungkara Way team, focusing on regenerative farming and food sources. Additionally, she is involved in Yowana Subak, a program aimed at raising awareness among Balinese youth about agricultural challenges and fostering pride in farming. She graduated in 2019 from Udayana University with a degree in Agronomy and Horticulture.

Ni Nyoman Aryaningsih, juga dikenal sebagai Ming Arya, telah menjadi penari tradisional Bali sejak usia enam tahun. Ia memulai kariernya di Kul Kul Connection Green School Bali, di mana ia memfasilitasi pembelajaran bagi komunitas internasional dan lokal di Subak Uma Lambing. Ming bekerja sama dengan petani lokal, melibatkan pelajar dari berbagai usia dalam proyek-proyek di sawah, kebun komunitas, dan agroforestri. Setelah perannya di awal, ia bergabung dengan tim Astungkara Way yang berfokus pada pertanian regeneratif dan sumber makanan. Selain itu, ia terlibat dalam Yowana Subak, sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pemuda Bali tentang tantangan pertanian dan membangkitkan kebanggaan terhadap kegiatan bertani. Ia lulus pada tahun 2019 dari Universitas Udayana dengan gelar di bidang Agronomi dan Hortikultura.

Rob Waters is a poet, storyteller, cultural educator, and spoken word artist with over 20 years of experience in sharing his stories. He is also the 2023 Australian Poetry Slam Champion. A Gomeroi man with strong cultural ties to the North West of NSW, Rob is a devoted father and grandfather who currently resides with his partner on Darkinjung Country.

Rob Waters adalah seorang penyair, pencerita, pendidik budaya, dan seniman spoken word yang telah berpengalaman lebih dari 20 tahun dalam berbagi cerita. Ia juga merupakan Juara Australian Poetry Slam 2023. Sebagai pria Gomeroi dengan hubungan budaya yang kuat dengan bagian barat laut New South Wales, Rob adalah seorang ayah dan kakek yang berdedikasi tinggi dan saat ini tinggal bersama pasangannya di Darkinjung Country.

Tanguy Yu is a certified Permaculture and Ecosystem Restoration designer with a background in tech entrepreneurship and finance. He joined Astungkara Way in its infancy, building its robust business model, international academic and funding partnerships, and leading the team that is spearheading the largest regenerative rice farming movement in Bali.

Tanguy Yu adalah desainer Permakultur dan Restorasi Ekosistem tersertifikasi dengan latar belakang di bidang kewirausahaan teknologi dan keuangan. Ia bergabung dengan Astungkara Way sejak awal pendiriannya, membangun model bisnis, kemitraan akademis dan pendanaan internasional, serta memimpin tim yang mempelopori gerakan pertanian padi regeneratif terbesar di Bali.