2024 Festival Closing Night Party

BOI AKIH is a jazz/world music duo based in Amsterdam, Netherlands, featuring guitarist and composer Niels Brouwer and vocalist and lyricist Monica Akihary, the winner of the 2023 Boy Edgar Prize, the most prestigious Dutch award for jazz and improvised music. Together, they have formed the heart of the ensemble BOI AKIH since 1997. For more than twenty years, boundless curiosity has driven BOI AKIH to pursue new experiments and discoveries. Starting with guitar and voice, BOI AKIH develops exciting and groundbreaking repertoire that reveals the layers of different musical traditions. BOI AKIH's unique sound emerges from the constant interaction between the musicians and their diverse influences. This sound, both unconventional and accessible, blends acoustic elements with electronic soundscapes, complemented by the versatile, warm voice of Monica Akihary. She alternates between singing in English and Haruku, the language of her father's island in the Maluku Islands. In BOI AKIH's musical projects, their deep, personal explorations result in a harmonious blend of seemingly incompatible sounds, rhythms, and tonalities.

BOI AKIH adalah sebuah duo jazz/musik dunia yang berbasis di Amsterdam, Belanda. Grup ini terdiri dari gitaris dan komposer Niels Brouwer serta vokalis dan penulis lirik Monica Akihary, pemenang Boy Edgar Prize 2023, penghargaan paling bergengsi untuk jazz dan improvisasi musik di Belanda. Bersama-sama, mereka membentuk ansambel BOI AKIH sejak tahun 1997. Selama lebih dari dua dekade, rasa penasaran yang tak terbatas mendorong BOI AKIH untuk bereksperimen dan mencari penemuan baru. Dimulai dengan gitar dan suara, BOI AKIH mengembangkan repertoar yang menarik dan terobosan yang menyibak lapisan berbagai tradisi musik. Suara unik BOI AKIH muncul dari interaksi konstan antara para musisi dan berbagai pengaruhnya. Suara ini, yang tidak konvensional tetapi mudah didengarkan, memadukan elemen akustik dengan lanskap suara elektronik, dilengkapi dengan suara Monica Akihary yang hangat. Ia berganti-ganti menyanyi dalam bahasa Inggris dan Haruku, bahasa pulau ayahnya di Kepulauan Maluku. Dalam proyek musik BOI AKIH, eksplorasi personal keduanya menghasilkan campuran harmonis dari suara, ritme, dan kunci yang tampak tidak kompatibel.

Robin Block is a Dutch poet and musician. His sensory performances combine language, sound, and movement. Block's work examines the shared history of the Netherlands and Indonesia. His new poetry book, Handbook for the Displaced, will be launched this year's Festival.

Supported by Erasmus Huis.

Robin Block adalah seorang penyair dan musisi asal Belanda. Pertunjukan sensoriknya menggabungkan bahasa, suara, dan gerakan. Karya Block menelaah sejarah bersama antara Belanda dan Indonesia. Buku puisi terbarunya, Handbook for the Displaced, akan diluncurkan di Festival tahun ini.

Didukung oleh Erasmus Huis.

Wayan Jengki Sunarta is an Indonesian writer from Bali. Since starting his career in the 1990s, Jengki has published a variety of works, including novels, short stories, lyrical prose, features, essays, and fine art reviews. His latest work, a poetry collection titled Jumantara, was published in 2021. He has also received several accolades as a writer, including the 2021 Best Poetry Book from Yayasan Hari Puisi Indonesia and the 2020 Bali Jani Nugraha Prize from the Governor of Bali.

Wayan Jengki Sunarta adalah seorang penulis Indonesia asal Bali. Berkiprah sejak tahun 1990-an, Jengki telah menerbitkan berbagai karya, mulai dari novel, cerita pendek, prosa liris, feature, esai, hingga ulasan seni rupa. Karya terbarunya, kumpulan puisi bertajuk Jumantara, terbit pada tahun 2021. Ia juga telah memperoleh berbagai penghargaan, termasuk penghargaan Buku Puisi Terbaik tahun 2021 dari Yayasan Hari Puisi Indonesia dan hadiah Bali Jani Nugraha 2020 dari Gubernur Bali.